Jumat, 15 September 2017

Pengertian PRASANGKA menurut para ahli dan penyebabnya (Psikologi Sosial).



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengartian Stereotip
Istilah sterotip pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Walter Lippmann melalui bukunya yang berjudul publik opinion (1922). Dalam bukunya Lippman menjelasakan bahwa stereotip merupakan gambaran-gambaran pikiran. Stereotip merupakan generalisasi mengenai suatu kelompok orang, dimana karakter tertentu diberikan kepada seluruh anggota kelompok tersebut,  tanpa mengindahkam adanya variasi yang ada pada anggota-anggotanya.
Sherif & Sherif (1969, dalam Koswara, 1988) mendefinisikan stereotip sebagai “kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok terhadap gambaran tentang kelompok lain berikut anggota-anggotanya”. Selain Sherif & Sherif ada juga Larry A. Samovar dan Richard E. Potter (dalam Sobur, 2003:390) yang mendefinisikan stereotip sebagai persepsi atau kepercayaan yang kita anut mengenai kelompok atau individu berdasarkan pendapat dan sifat yang pertama kali terbentuk.
Stereotip adalah proses kognitif, bukan emosional. Stereotip dapat bersifat negatif, positis ataupun netral. Stereotip tidak selalu mengarah pada tindakan yang melecehkan. Seringkali stereotip hanyalah sebuah tehnik yang kita gunakan untuk menyederhanakan manusia dalam melihat dunia.
Stereotip tidak boleh membutakan manusia dalam melihat perbedaan-perbedaan yang ada karena jika itu terjadi maka akan berpotensi menjadi sesuatu yang melecehkan. Potensi penyalahgunaan stereotip sebagai jalan pintas mental sangatlah jelas. Stereotip memandang bahwa setiap anggota dalam suatu kelompok itu memiliki sifat yang sama. Contoh, suatu etnis tertentu dianggap pemarah dan entnis lain dianggap serakah.
Diskriminasi akan timbul apabila stereotip menjadikan seseorang bersifat tidak adil terhadap orang lain. Diskriminasi sendiri ialah prilaku negarif atau membahayakan terhadap kelompok tertentu, semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut.

2.2  Penyebab Timbulnya Stereotip
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya stereotip dalam masyarakat. Menurut Baron dan Paulus (dalam Sobur,2003:391), beberapa faktor tampaknya berperan menyebabkan timbulnya stereotip. pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia dalam dua kategori yaitu, kita dan mereka. Kita sering memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi saja dan mengabaikan satu sisi yang lainnya yang menyababkan kita kekurangan informasi dan mengenai mereka, hingga akhirnya kita cenderung menyamaratakan mereka dan menganggapnya homogen.
Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan untuk melakukan kerja kognitif sesedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Seringkali stereotip hanyalah sebuah tehnik yang kita gunakan untuk menyederhanakan manusia dalam melihat dunia. Salah satu contoh dari stereotip yang ada dalam lingkungan masyarakat adalah apabila ada laki-laki yang bertato dan menggunakan amting maka banyak yang mengatakan mereka orang jahat. Padahal itu belum terbukti dan belum pasti.

2.3  Definisi Prasangka Menurut Para Ahli
Prasangka ialah stereotip negatif dan ketidaksukaan atau kebencian yang kuat dan tidak rasional terhadap suatu kelompok. Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bias dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alas an rasional.
Adapun definisiPrasangka menurut para ahli sebagai berikut:
1.      MenurutWorchel dan kawan-kawan (2000) pengertian prasangka dibatasi sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya. Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individuali sberdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.
2.      Menurut Mar’at (1981), prasangka social adalah dugaan-dugaan yang memilik inilai positif atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif. Sedangkan menurut Brehm dan Kassin (1993), prasangka social adalah perasaan negative terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu.
3.      Menurut DavidO. Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya. Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada objek yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang yang berprasangka tersebut.
4.      Kartono,(1981) menguraikan bahwa prasangka merupakan penilaian yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya berat sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu realitas.
5.      Papalia dan Sally,(1985) adalah sikap negatif yang ditujukan pada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alas an yang mendasar pada pribadi orang tersebut. Lebih lanjut diuraikan bahwa prasangka social berasal dari adanya persaingan yang secara berlebihan antar 2 individu atau kelompok. Selain itu proses belajar juga berperan dalam pembentukan prasangka social dan kesemuanya ini akan terintegrasi dalam kepribadian seseorang.
6.      Allport, (dalamZanden, 1984) menguraikan bahwa prasangka social merupakan suatu sikap yang membenci kelompok lain tanpa adanya alasan yang objektif untuk membenci kelompok tersebut.

2.4  Macam-Macam Prasangka
Prasangka tidak terbatas hanya kepada ras suku. Prasangka juga muncul pada kelompok-kelompok agama, politik, juga orang yang kegemukan menjadi target prasangka dan sterotip negatif, bahkan lanjut usia juga diprasangka sebagai orang yang tidak mampu lagi secara fisik dan mental.
Adapum beberapa macam dari prasangka sebagai berikut:
1.      Racism adalah prasangka ras yang menjadi terlembagakan, yang tercermin dalam kebijakan pemerintah, sekolah dan sebagainya.
2.      Sexism adalah prasangkan yang telah terlembagakan menentang anggota dari sakah satu jenis kelamin.
3.      Ageism yaitu kecenderungan yang terlembagakan terhadap deskriminasi berdasarkan pada usia atau prasangka berdasarkan pada usianya.
4.      Heterosexism yaitu keyakinan bahwa heterseksual itu lebih baik atau lebih natural dari pada homoseksual.

2.5  Penyebab Timbulnya Prasangka
2.5.1        Cara berfikir
Penjelasan pertama mengenai penyebab prasangka, bahwa prasangka adalah produk sampingan yang tak terelakkan dari cara kita memproses dan mengatur informasi. Kecenderungan kita untuk mengkategorikan dan mengelompokkan informasi, membentuk skema dan menggunakannya dalam menafsirkan informasi baru atau unik ,Mengandalkan pada heuristicts (jalan pintas dalam penalaran mental) yang tidak a akurat, dan bergantung pada proses memori yang salah, dimana semua aspek kognisi sosial tersebut dapat membawa kita membentuk stereotip negatif dan menerapkannya dengan cara diskriminatif.
Adapun di bawah ini adalah sisi gelap dari kognisi sosial yang terkait dengan prasangka:
1.      Kategorisasi Sosial: Kita Versus Mereka
Langkah pertama dalam  prasangka (prejudice) adalah terjadinya kategorisasi; mengelompokkan orang berdasarkan karakteristik tertentu, seperti gender, kebangsaan, etnis, dan sebagainya. Ketika bertemu orang-orang dengan karakteristik tertentu, manusia akan bergantung pada persepsi yang dibentuk di masa lalu mengenai orang dengan karakteristik tersebut untuk membant umenentukan reaksi dan perilaku untuk mengahadapi orang dengan karakteristik tersubut.
2.      In-group Bias
In-group bias adalah perasaan positif dan perlakuan istimewa seseorang kepada orang lain yang dianggap bagian dari in-group, serta perasan negatif dan berlakuan tidak adil terhadap orang yng dianggap out-group.
3.      Homogenitas Out-Group
Persepsi bahwa individu-individu dari out -group satu sama lain cenderung sama (homogeneous) daripada kenyataannya, dan memiliki lebih banyak kesamaan dibandingkan dengan individu anggota in –group.
4.      Kegagalan Berfikir Logis
Kegagalan berfikir logis (the failur of logic) yaitu keadaan dimana emosi seseorang mengalahkan logikanya. Orang yang telah memiliki prasangka yang kuat akan suatu hal akan sulit diubah cara pandangnya, bahkan orang yang biasanya berfikir rasionalpun dapat menjadi kebal terhadap logika dan fakta ketika berbicara mengenai hal-hal yang sudah menimbulkan prasangka.

2.5.2        Bagaimana Kita Menempatkan Makna
1.      Penjelasan Disposional dan Situasional
Salah satu kenapa stereotip sangat melekat terhadap manusia dalam kehidupan manusia adalah karena adanya kecenderungan untuk melakukan dispotional attribution (atribusi interna), yaitu bahwa penyebab perilaku seseorang lebih dianggap sebagai hasil dari aspek kepribadian orang itu dan bukan aspek situasi.
2.      Ancaman Stereotip
Ketakutan yang dialami oleh anggota suatu kelompok bahwa perilaku mereka dapat membenarkan stereotip budaya mengenai kelompoknya.
3.      Menyalahkan Korban
Kecenderungan untuk menyalahkan individu ataskejadian yangmenimpanya, biasanya dimotivasi oleh cara pandang ‘the world is a fair place’ , karena sulit bagi orang yang jarang didiskriminasi untuk menerima atau memahami bagaimana rasanya menjadia sasaran prasangka.
4.      Self-Fulfiling Prophecies
Keadaan dimana individu: (1) Memiliki ekpektasi terhadap seseorang (2) yang kemudian mempengaruhi perilaku individu terhadap orang lain tersebut (3) yang menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai ekspektasi awal.
2.5.3        Prasangka dan Kompetisi (Realistic Conflict theory)
Realistic Conflict theory menyatakan bahwa sumberdaya yang terbatas akan menyebabkan konflik antar kelompok-kelompok dan menghasilkan prasangka dan diskriminasi. Individu mempunyai kecenderungan menyalahkan out-group yang berkompetisi dengannya atas kekalahannya.
2.5.4        Cara Kita Melakukan Konformitas: Aturan-Aturan Normatif
Penyebab terakhir timbulnya prasangka adalah konformitas baik terhadap norma standar yang berlaku maupun terhadap aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat. Konformitasadalahsuatujenispengaruhsosialketikaseseorangmengubahsikapdantingkahlakumereka agar sesuaidengannormasosial yang ada. Konformitas memiliki motif tertentu, seperti untuk memperoleh informasi atau agar diterima oleh kelompok tertentu. Ketika melibatkan prasangka, konformitas akan menjadi berbahaya.
2.6  Cara Menanggulangi Atau Meminimalisir Prasangka
Sesungguhnya mustahil jika ingin mengilangkan prasangka. Sebab prasangka itu bersumber dari diri manusia dan interaksi antar manusia. Selain itu banyak faktor yang mempenagruhi timbulnya prasangka, sehingga rasanya tidak mungkin untuk menghilangkan prasangka.
Meskipun demikian, prasangka bisa diantisipasi. Karena itu prasangka dapat dikurangi dampaknya. Beberapa ahli menyatakan bahwa usaha untuk mengurangi prasangka itu harus sudah dimulai dari pendidikan anak-anak dirumah dan disekolah oleh orang tua dan guru.
Upaya lain adalah dengan mengadakan kontak interaksi diantara dua kelompok atau lebih yang sedang berprasangka. Keadaan dimana dua atau lebih kelompok saling membutuhkan dan bergantung guna mencapai tujuan bersama yang penting bagi mereka. Dengan terjalinnya kontak antar kelompok maka kelompok-kelompok akan lebih mengenaldan memahami individu atau kelompok lainnya. Melalui interaksi bersahabat dan informal dengan beberapa anggota out-group, individu dapat memahami bahwa keyakinannya tentang stereotip yang diyakininya salah.




DAFTAR PUSTAKA
 
Wikipedia.2017. “Prasangka”,(Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Prasangka.,diakses 15 maret 2017).
Wade,Carole dan Carol Tavris.2007.psikologi:Edisi Kesembilan Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sobur, Alex.2003.Psikologi Umum:Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustika Setia.
Zalati,Latifiana.2015.”Stereotip Prasangka dan Diskriminasi”,(Online), (http://latifianazalati.blogs.uny.ac.id/2015/10/09/stereotip-prasangka-dan-diskriminasi.diakses 15 Maret 2017).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem Saraf Tepi (Saraf Somatis Dan Saraf Otomom)

BAB II PEMBAHASAN   2.1. Definisi Sistem Saraf Tepi              Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pus...